Sifat-Sifat Penghuni Surga(1)
SIFAT-SIFAT PENGHUNI SURGA
Sifat-Sifat Penghuni Surga –semoga Allah subhanahu wa ta’ala menjadikan termasuk dari mereka dengan karunia dan kemurahan-Nya-.
Segala puji bagi Allah Subhanahu wa ta’ala yang menciptakan segala sesuatu dan memantapkan penciptaannya, membelah langit dan bumi, dan keduanya terbelah. Membagi dengan hikmah-Nya kepada para hamba, maka Dia menjadikan beruntung dan celaka. Menjadikan bagi keberuntungan sebab-sebab, maka orang yang taqwa menelusurinya. Ia melihat dengan mata hati kepada kesudahan lalu ia memilih yang kekal. Aku memuji-Nya dan aku tidak bisa memuji sebagaimana mestinya. Aku bersyukur kepada-Nya. Dia senantiasa berhak disyukuri. Aku bersaksi bahwa tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah saja, tiada sekutu bagi-Nya, yang memiliki semua jiwa. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya, manusia paling sempurna bentuk dan akhlak. Semoga shalawat dan salam selalu tercurah kepadanya, kepada sahabatnya Abu Bakar Radhiyallahu anhu yang mendapatkan keutamaan mengikuti lebih dahulu. Kepada Umar Radhiyallahu anhu yang bersikap adil maka ia tidak berpura-pura terhadap makhluk. Kepada Utsman Radhiyallahu anhu yang berserah diri untuk mendapat syahadah dan ia tidak berjaga diri. Dan kepada Ali Radhiyallahu anhu yang menjual yang fana dan memberi yang kekal. Dan kepada keluarganya dan para sahabatnya yang memberi agama Allah subhanahu wa ta’ala.
Saudaraku : Anda telah mendengar sifat-sifat surga, kenikmatannya dan kebahagiaan serta kesenangan yang ada di dalamnya. Demi Allah, ia sudah pasti bahwa beramal orang yang beramal untuknya, berlomba padanya orang-orang yang berlomba dan manusia menghabiskan usianya dalam mencarinya, zuhud pada dunia. Jika anda bertanya tentang amal untuknya dan jalan yang menyampaikan kepadanya, maka Allah subhanahu wa ta’ala telah menjelaskan lewat wahyu-Nya kepada makhluk-Nya yang paling mulia, firman Allah subhanahu wa ta’ala:
قال الله تعالي: ﴿وَسَارِعُوٓاْ إِلَىٰ مَغۡفِرَةٖ مِّن رَّبِّكُمۡ وَجَنَّةٍ عَرۡضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلۡأَرۡضُ أُعِدَّتۡ لِلۡمُتَّقِينَ ١٣٣ ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلۡكَٰظِمِينَ ٱلۡغَيۡظَ وَٱلۡعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلۡمُحۡسِنِينَ ١٣٤ وَٱلَّذِينَ إِذَا فَعَلُواْ فَٰحِشَةً أَوۡ ظَلَمُوٓاْ أَنفُسَهُمۡ ذَكَرُواْ ٱللَّهَ فَٱسۡتَغۡفَرُواْ لِذُنُوبِهِمۡ وَمَن يَغۡفِرُ ٱلذُّنُوبَ إِلَّا ٱللَّهُ وَلَمۡ يُصِرُّواْ عَلَىٰ مَا فَعَلُواْ وَهُمۡ يَعۡلَمُونَ ﴾ [آل عمران: 133-135]
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabbmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah – Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengatahui. [Ali Imran/3 :133-135]
Inilah Beberapa Sifat Penghuni Surga.
Sifat pertama: ( الۡمُتَّقِينَ ) yaitu orang-orang yang bertaqwa kepada Rabb mereka dengan menjadikan pemelihara dari siksa-Nya dengan melakukan yang diperintah-Nya karena taat kepada-Nya dan mengharap pahala-Nya, dan meninggalkan yang dilarang-Nya kepada mereka karena taat kepada-Nya dan takut dari siksa-Nya.
Sifat kedua: ( ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ ) mereka menginfakkan apa yang mereka disuruh menginfakannya menurut cara yang dituntut darinya, berupa zakat, sedekah, dan nafkah kepada yang harus diberi nafkah, nafkah dalam jihad dan lainya dari berbagai jalan kebaikan, mereka berinfak dalam senang dan susah. Kesenangan dan kebahagian yang mendorong mereka mencintai harta dan kikir padanya karena ingin menambahnya, dan kondisi berat dan susah tidak mendorong mereka menahan harta karena khawatir membutuhkannya.
Sifat ketiga: ( ٱلۡكَٰظِمِينَ ٱلۡغَيۡظَ ) yaitu orang-orang yang menahan kemarahan mereka apabila marah, maka mereka tidak melakukan tindakan melampaui batas dan tidak dengki kepada orang lain karenanya.
Sifat ke empat: ( ٱلۡعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِۗ ) mereka memaafkan orang yang berbuat zhalim kepada mereka dan melakukan tindakan melewati batas. Maka mereka tidak melakukan pembalasan dendam padahal mereka mampu melakukannya. Dan dalam firman Allah subhanahu wa ta’ala: ( وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلۡمُحۡسِنِينَ )
merupakan isyarat bahwa memaafkan tidak dipuji kecuali apabila dari sikap ihsan, dan hal itu dengan meletakkan di tempatnya yang menjadi perbaikan. Adapun pemberian maaf yang menambah kejahatan pelakunya maka hal itu bukan tindakan terpuji dan tidak mendapat pahala.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala:
قال الله تعالي: ﴿ فَمَنۡ عَفَا وَأَصۡلَحَ فَأَجۡرُهُۥ عَلَى ٱللَّهِۚ ﴾ [ الشورى : 40]
maka barang siapa mema’afkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. [asy-Syura/42 :40]
Sifat kelima: ( وَٱلَّذِينَ إِذَا فَعَلُواْ فَٰحِشَةً أَوۡ ظَلَمُوٓاْ أَنفُسَهُمۡ ذَكَرُواْ ٱللَّهَ فَٱسۡتَغۡفَرُواْ لِذُنُوبِهِمۡ ) Fahisyah adalah dosa-dosa keji, yaitu dosa-dosa besar seperti membunuh jiwa yang diharamkan, durhaka kepada kedua orang tua, makan riba, memakan harta anak yatim, kabur dari peperangan, zinah, mencuri dan semisalnya dari dosa-dosa besar. Adapun berbuat aniaya terhadap diri sendiri maka bersifat lebih umum karena mengandung dosa besar dan kecil. Apabila mereka melakukan sesuatu dari hal itu, mereka teringat keagungan yang mereka durhaka kepada-Nya maka mereka takut dari-Nya, dan mereka teringat ampunan dan rahmat-Nya, maka mereka berusaha melakukan sebab-sebab hal itu, mereka meminta ampun terhadap dosa-dosa mereka dengan memohon ditutupnya dan dilepaskan dari siksanya.
Dan dalam firman-Nya : ( وَمَن يَغۡفِرُ ٱلذُّنُوبَ إِلَّا ٱللَّهُ ﴿ merupakan isyarat bahwa mereka tidak meminta ampunan dari selain Allah subhanahu wa ta’ala karena tidak ada yang mengampuni dosa selain Dia subhanahu wa ta’ala.
Sifat keenam: ( وَلَمۡ يُصِرُّواْ عَلَىٰ مَا فَعَلُواْ وَهُمۡ يَعۡلَمُونَ ) maksudnya mereka tidak terus menerus melakukan dosa, mengetahui bahwa ia adalah dosa, mengetahui keagungan Siapa yang dia durhaka kepada-Nya, dan mengetahui kedekatakan ampunan-Nya, bahkan mereka segera berhenti dan bertaubat darinya. Maka terus menerus di atas dosa padahal mengetahui menjadikan dosa-dosa kecil menjadi dosa besar, dan bisa menyeret pelakunya kepada perkara-perkara berbahaya yang sulit.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala:
قال الله تعالي: ﴿ قَدۡ أَفۡلَحَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ١ ٱلَّذِينَ هُمۡ فِي صَلَاتِهِمۡ خَٰشِعُونَ ٢ وَٱلَّذِينَ هُمۡ عَنِ ٱللَّغۡوِ مُعۡرِضُونَ ٣ وَٱلَّذِينَ هُمۡ لِلزَّكَوٰةِ فَٰعِلُونَ ٤ وَٱلَّذِينَ هُمۡ لِفُرُوجِهِمۡ حَٰفِظُونَ ٥ إِلَّا عَلَىٰٓ أَزۡوَٰجِهِمۡ أَوۡ مَا مَلَكَتۡ أَيۡمَٰنُهُمۡ فَإِنَّهُمۡ غَيۡرُ مَلُومِينَ ٦ فَمَنِ ٱبۡتَغَىٰ وَرَآءَ ذَٰلِكَ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡعَادُونَ ٧ وَٱلَّذِينَ هُمۡ لِأَمَٰنَٰتِهِمۡ وَعَهۡدِهِمۡ رَٰعُونَ ٨ وَٱلَّذِينَ هُمۡ عَلَىٰ صَلَوَٰتِهِمۡ يُحَافِظُونَ ٩ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡوَٰرِثُونَ ١٠ ٱلَّذِينَ يَرِثُونَ ٱلۡفِرۡدَوۡسَ هُمۡ فِيهَا خَٰلِدُونَ ١١ ﴾ [ المؤمنون : 1-11]
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya, dan orang-orang yang memelihara shalatnya. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (ya’ni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya. [al-Mukminun/23:1-11]
Ayat-ayat yang mulia ini mengumpulkan beberapa sifat penghuni surga.
Sifat pertama: (ٱلۡمُؤۡمِنُونَ) orang-orang yang beriman kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan dengan semua yang wajib diimani, seperti beriman kepada para malaikat Allah, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, qadar baik dan buruknya. Mereka beriman dengan hal itu dengan iman yang mengharuskan menerima, tunduk, dan patuh dengan ucapan dan perbuatan.
Sifat kedua: ( ٱلَّذِينَ هُمۡ فِي صَلَاتِهِمۡ خَٰشِعُونَ ) hati mereka hadir, anggota tubuh mereka tenang, merasakan bahwa mereka berdiri dalam shalat di hadapan Allah subhanahu wa ta’ala, berbicara dengan-Nya dengan kalam-Nya, mendekatkan diri kepada-Nya dengan mengingat-Nya, kembali kepada-Nya dengan berdo’a, maka mereka khusyu’ secara lahir batin.
Sifat ke tiga: ( وَٱلَّذِينَ هُمۡ عَنِ ٱللَّغۡوِ مُعۡرِضُونَ ) laghw adalah segala sesuatu yang tidak ada gunanya dan tidak ada kebaikan dari ucapan dan perbuatan. Mereka berpaling darinya karena kuatnya semangat, tidak melewatkan waktu yang sangat berharga kecuali pada sesuatu yang berguna. Sebagaimana mereka menjaga shalat mereka dengan khusyu’, mereka menjaga waktu mereka dari kesia-siaan. Apabila di antara sifat mereka adalah berpaling dari perbuatan sia-sia, maka mereka berpaling dari yang berbahaya tentu lebih utama.
Sifat keempat: ( وَٱلَّذِينَ هُمۡ لِلزَّكَوٰةِ فَٰعِلُونَ ) bisa jadi maksud zakat di sini adalah bagian yang harus dikeluarkan dari harta. Dan bisa pula maksudnya adalah segala sesuatu untuk membersihkan diri mereka berupa ucapan dan perbuatan.
Sifat kelima: ( وَٱلَّذِينَ هُمۡ لِفُرُوجِهِمۡ حَٰفِظُونَ ٥ إِلَّا عَلَىٰٓ أَزۡوَٰجِهِمۡ أَوۡ مَا مَلَكَتۡ أَيۡمَٰنُهُمۡ فَإِنَّهُمۡ غَيۡرُ مَلُومِينَ ) Mereka menjaga kemaluan mereka dari zina dan homoseksual karena mengandung durhaka kepada Allah subhanahu wa ta’ala, kemunduran akhlak dan sosial. Kemungkinan menjaga kemaluan ini meliputi sesuatu yang lebih umum dari hal itu, maka mencakup menjaganya dari memandang dan meraba pula. Dan dalam firman-Nya ( غَيۡرُ مَلُومِينَ ﴿ merupakan isyarat bahwa pada dasarnya adalah dicelanya manusia terhadap perbuatan ini kecuali terhadap istri dan budak wanita karena hal itu merupakan kebutuhan alami, mendapatkan keturunan dan kepentingan lainnya.
Dan dalam firman-Nya: ( فَمَنِ ٱبۡتَغَىٰ وَرَآءَ ذَٰلِكَ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡعَادُونَ ) merupakan dalil haramnya onani yang biasa dinamakan ‘kebiasaan rahasia’ karena ia termasuk perbuatan selain dengan istri dan budak wanita.
Sifat keenam: ( وَٱلَّذِينَ هُمۡ لِأَمَٰنَٰتِهِمۡ وَعَهۡدِهِمۡ رَٰعُونَ ) Amanah adalah sesuatu yang diamanahkan kepadanya berupa ucapan, perbuatan dan benda/barang. Siapa yang menceritakan kepadamu dengan rahasia, berarti ia telah memberi amanah kepadamu. Dan siapa yang melakukan di sisimu sesuatu yang dia tidak suka dilihat, berarti ia telah memberi amanah kepadamu. Siapa yang menyerahkan kepadamu sesuatu dari hartanya untuk dijaga berarti ia telah memberi amanah kepadamu. Dan janji yaitu sesuatu manusia harus melakukannya untuk selainnya, seperti nazar karena Allah subhanahu wa ta’ala dan perjanjian yang terjadi di antara manusia. Penghuni surga berdiri tegak menjaga amanah dan janji yang ada di antara mereka dan di antara Allah subhanahu wa ta’ala, dan yang ada di antara mereka dan sesama manusia. Termasuk dalam hal itu melaksanakan akad dan syarat yang dibolehkan padanya.
Sifat ketujuh: ( وَٱلَّذِينَ هُمۡ عَلَىٰ صَلَوَٰتِهِمۡ يُحَافِظُونَ ) senantiasa menjaganya dari tersia-sia dan kelalaian. Dan hal itu dengan menunaikannya di dalam waktunya menurut cara yang sempurna dengan segala syarat, rukun dan wajibnya.
Hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang sifat penghuni surga
[Disalin dari صفات أهل الجنة (Dinukil dari buku Majalis Ramadhan) : Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin, Penerjemah Muhammad Iqbal A. Gazali, Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad. Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah. IslamHouse.com 2012 – 1433]
Artikel asli: https://almanhaj.or.id/81064-sifat-sifat-penghuni-surga1.html